16 Mei 2010

Responsibility... is it easy??



Mahu membawa orang ke jalan Islam bukanlah senang seperti petik gitar. Petik gitar juga perlukan not yang betul salah not sumbanglah bunyinya. Begitulah juga keadaan ini, mengajak membawa dan bersama-sama berjalan beriringi. Tapi senang nampak dimata tapi berat yang mahu dipikul.


Dakwah...ya itulah yang hendak diperkatakan.


Jika seorang Muslim dihadapkan pada dua permasalahan, antara masalah dirinya sendiri dengan masalah umat, maka sudah seharusnya ia mendahulukan permasalahan yang dihadapi oleh umat. Sikap mendahulukan kepentingan saudaranya daripada kepentingan dirinya pribadi merupakan sikap mulia dan termasuk ke dalam bentuk pemikiran yang bernilai tinggi. Besar perhatian Islam terhadap permasalahan umat, dan bila adanya golongan yang tidak peduli dengan permasalahan umat dianggap sebagai orang yang tidak berguna, dan tidak tergolong ke dalam kelompok umat Nabi Muhammad saw.



Rasulullah Saw bersabda:
"Siapa saja yang bangun pagi, sementara ia hanya memperhatikan masalah dunianya, maka ia tidak berguna apa-apa di sisi Allah. Siapa saja yang tidak memperhatikan urusan kaum Muslim, maka ia tidaklah termasuk golongan mereka". [HR. ath-Thabrani dari Abu Dzar al-Ghifari].


Islam tidak pernah membiarkan salah seorang dari penganutnya bebas dari tanggungjawab. Sebaliknya, Islam memberikan kepada mereka beban tanggung jawab yang sesuai dengan kemampuan sebagai manusia terutama apabila telah mencapai status akil baligh.


Rasulullah Saw bersabda:
"Ketahuilah, bahwa setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Setiap kepala negara adalah pemimpin dan ia bertanggung jawab atas kepemim-pinannya. Seorang pria (suami) adalah pemimpin dalam keluarganya dan ia bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang wanita (istri) adalah pemimpin dalam rumah tangga suaminya dan anak-anaknya dan ia bertanggung jawab atas mereka. Seorang pelayan/hamba sahaya adalah pemimpin atas harta tuannya dan ia bertanggung jawab atas kepe-mimpinannya. Ketahuilah, bahwa setiap kamu adalah pemimpin dan masing-masing harus mempertanggungjawabkan kepemimpinannya". [HR. al-Bukhari Muslim].



Tanggung jawab semacam ini, semakin luas dan juga mungkin semakin sempit, sesuai dengan keadaan yang dibebankan kepadanya. Jika orang yang menerima taklifan dan ianya dapat melakukannya sendiri, contoh paling senang yang boleh kita fikir dengan memberi makan kepada kawan-kawan yang kelaparan, atau menolong orang-orang yang menderita, maka beban tersebut menjadi tanggung jawab individu. Kenapa saya katakan demikian?Sebab... ianya masih lagi mampu untuk dilakukan.


Bagaimana pula taklifan yang perlukan kerjasama orang lain sehinggakan banyak benda yang terjadi dan masih tidak dapat dilaksanakan. Mesti kita merasakan tanggungjawab itu sungguh berat bukan? tapi bila kita tetap berusaha membawa, melaksanakan walau hati rasa sakit, tertekan, payah , dan air mata mengalir laju ianya membawa pulangan yang baik.


Seperti kata teman "Setiap langkah mu itu ada PAHALA, BERKAT, dan GANJARANNya. Ia tidak mudah, bahkan memerlukan semangat dan MUJAHADAH yang tinggi. Usaha dan berbaik sangkalah pada Allah"


Sakit dan perit lumrah orang yang berjuang. Tidak ada yang manis semanis iman tidak ada yang pahit sepahit pengalaman.

Salam berjuang...

Tiada ulasan: